Willingness to Pay merupakan harga yang bersedia dibayar oleh seorang konsumen untuk mendapatkan suatu produk ataupun jasa. Kesediaan untuk membayar ini seringkali dijadikan patokan untuk menaikkan harga produk. Dengan mengetahui angkatnya, keuntungan yang kamu dapatkan bisa maksimal.
Selain itu, risiko harga produk naik terlalu tinggi bisa diminimalisir. Tentu saja ini sangat penting untuk pengembangan bisnis-mu. Harga produk yang terlalu tinggi bisa membuat konsumen kabur dan memilih untuk membeli produk di kompetitor. Jika kamu belum tahu apa itu Willingness to Pay (WTP), ini penjelasan lengkapnya.
Willingness to Pay (WTP) atau ketersediaan untuk membayar merupakan harga maksimal yang bersedia ditanggung oleh seorang konsumen untuk mendapatkan sebuah barang ataupun jasa. Perlu diketahui bahwasanya ketersediaan untuk membayar setiap orang itu berbeda-beda.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kondisi dan keadaan yang dialami oleh setiap konsumen, Perbedaan yang dimaksud disini bisa dimasukkan menjadi dua intrinsik dan ekstrinsik.
Perbedaan intrinsik adalah perbedaan yang baru di observasi terlebih dahulu, seperti kebiasaan hangout, hobi, toleransi risiko dana sebagainya. Sementara perbedaan ekstrinsik adalah perbedaan yang terlihat secara jelas, seperti jenis kelamin, umur, edukasi, desain, lokasi tinggal dan sebagainya.
Berdasarkan laman resmi 3dcart, Willingness to Pay (WTP) diartikan sebagai harga paling tinggi yang rela dikeluarkan oleh seorang konsumen atau pelanggan dalam membeli produk yang kamu miliki.
Baca Juga : Arti Istilah Fast Respon Chat untuk Bisnis dan Manfaat
Inilah beberapa faktor yang mempengaruhi Willingness to Pay (WTP):
Faktor yang pertama adalah kualitas produk. Semakin baik kualitas suatu produk maka konsumen akan semakin bersedia dalam membayar mahal untuk mendapatkan produk tersebut. Hal ini terjadi karena mayoritas pelanggan tidak bisa membedakan kualitas produk jika bukan dari harganya.
Hal ini membuat pelanggan awam cenderung melihat harga produk untuk menentukan kualitasnya. Jika produk yang kamu miliki memang kualitasnya premium, maka jangan ragu untuk mengaitkan WTP dengan biaya produksi yang dibutuhkan.
Kondisi dan situasi ekonomi pada waktu tertentu akan mempengaruhi penerimaan pelanggan yang membayar lebih untuk mendapatkan suatu produk. Kamu bisa melihat contoh kasusnya ketika masa pandemi Covid-19 yang sedang merebak beberapa tahun lagi. Dimana pandemi membuat kegiatan ekonomi di berbagai bidang menurun drastis.
Semua pembelanjaan lebih fokus pada produk-produk kebutuhan pokok saja. Harga produk yang sudah diberikan diskon sekalipun akan tetap membuat pelanggan berpikir berulang kali sebelum membelinya. Berbeda ketika situasi ekonomi sudah mulai pulih kembali.
Selain situasi ekonomi, faktor kelangkaan produk juga berperan dalam menentukan Willingness to Pay (WTP). Semakin langka suatu produk maka WTP yang ditentukan semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan pelanggan cenderung berani membayar lebih untuk mendapatkan produk yang terbukti asli dan juga langka.
Pada saat bisnis mengenal baik fitur konsumennya, maka ada banyak manfaat yang akan didapatkan. Salah satunya yaitu dalam menentukan WTP terhadap suatu produk. Bayangkan saja jika target pemasaran yang dituju merupakan pasar menengah ke atas, tentu saja harganya akan berbeda dengan produk dengan target pasar menengah ke bawah.
Maka dari itu, usahakan kamu sudah melakukan analisis dan mengklasifikasikan konsumen sebelum menentukan WTP.
Semakin terkenal atau populernya suatu produk dalam suatu musim, maka semakin tinggi pula harga yang ditawarkan. Ketika produk tersebut sudah melewati musim populernya, biasanya pelanggan akan malas untuk membayar lebih mahal.
Contohnya produk fashion kemeja kotak-kotak ala Pak Jokowi harganya melambung naik saat trend kemeja tersebut sedang naik. Kemudian harganya akan turun dan stabil saat tren tersebut sudah selesai. Oleh karena itu, perhatikan perkembangan pasar bagi pelaku bisnis.
Suatu produk dengan manfaat jangka panjang cenderung berani untuk menetapkan WTP yang cukup tinggi. Untuk memahami hal ini maka harus mengetahui kondisi produk berikut. Produk yang terbuat dari bahan ramah lingkungan cenderung dijual dengan harga lebih mahal.
Meski harganya mahal, pelanggan tetap bersedia untuk membayar lebih mahal karena ada nilai keberlanjutan yang baik bagi bumi.
Baca Juga : Mengenal Arti Repeat Order dan Cara Memaksimalkannya
Ada empat cara yang bisa dilakukan untuk menghitung WTP. Berikut beberapa cara tersebut:
Cara pertama yaitu melakukan focus group discussion (FGD) dan survei. Dalam FGD ini kamu harus mengundang sejumlah sampel untuk mendapatkan data kualitatif. Sementara survei adalah menyebarkan kuesioner kepada sejumlah sampel untuk mendapatkan data kuantitatif.
Adapun tantangan dari metode ini adalah bagaimana memilih sampel yang tepat dan juga bersedia memberi tanggapan secara jujur. Apabila sampel tidak valid maka hasilnya juga akan buruk untuk keputusan bisnis.
Analisis konjoin adalah survei khusus dengan tujuan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap suatu produk. Nantinya pelanggan akan dimintai untuk memberi peringkat pada paket produk yang berbeda. Penilaian konsumen tersebut nantinya akan diolah untuk memprediksi reaksi konsumen pada produk tertentu.
Seringkali lelang dianggap sebagai cara yang efektif untuk menentukan WTP karena pelanggan secara otomatis akan menentukan harga yang masih sesuai untuk sebuah produk. Meski begitu, lelang seringkali membuat konsumen bingung karena ketidakpastian harga.
Kamu juga bisa melakukan eksperimen berdasarkan data WTP konsumen yang pernah ada. Misalnya dengan cara mengubah harga untuk mengetahui dampaknya bagi penjualan produk.
Itulah informasi tentang Willingness to Pay (WTP) atau ketersediaan untuk membayar. Dari penjelasan diatas diketahui Willingness to Pay (WTP) sangat penting dalam menentukan harga suatu produk. Dimana juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi WTP.
Setelah menerapkan Willingness to Pay, selanjutnya kamu bisa menggunakan platform bisnis bernama Koala+ yang sudah terintegrasi WhatsApp Business API. Koala+ memiliki fitur Manajemen Transaksi yang akan membantu kamu dalam memantau semua transaksi secara real time, melihat riwayat transaksi yang disimpan dan juga mengirim invoice ke pelanggan. Kamu juga bisa punya website jualan sendiri yang langsung terhubung ke dashboard KOALA+ dengan gratis.
Selain manajemen transaksi, ada juga Manajemen Produk yang akan memudahkanmu dalam menambahkan daftar produk yang dijual dan juga mengatur ketersediaan produk tersebut. Saat stok produk sedang kosong, kamu bisa mengaktifkan mode stok habis. Kamu juga bisa menambahkan varian di tiap produk untuk memudakan pencatatan dan ketersedian varian produk. Tertarik mencoba? Yuk daftar Koala+ sekarang juga!